GAMBOENG SURGA YANG MEMPESONA - FEATURE


Perjalanan Untuk Menemukan Bagian Surga yang Tersembunyi


Dimulai dengan perjalanan ke wilayah selatan Kabupaten Bandung yang sejuk dan indah jauh dari polusi udara dan hiruk pikuknya suasana perkotaan yang padat dan menjenuhkan tentu saja. Saya bepergian ke sana menggunakan sepeda motor klasik yang selalu menemani saya. Perjalanan berangkat dimulai pada sore hari dari rumah saya ke Leuwipanjang dan kemudian menuju ke Kopo, terhubung ke Cukanggenteng di Kecamatan Pasir Jambu dengan tujuan akhir di Pangalengan, diperkirakan mencapai Cukanggenteng selama sekitar 2 jam  dengan memacu kecepatan 40km / jam tetapi karena situasi dan kondisi di daerah Kopo itu macet, perjalanan sebelumnya diperkirakan berakhir dengan 3 jam menuju Cukanggenteng.

Diperingatkan untuk mengunjungi teman saya yang sedang melakukan kuliah kerja nyata (KKN) di Cukanggenteng, karena saya telah berjanji sebelumnya untuk mengunjunginya. Akhirnya setelah tiba di sana malam itu. Saya tiba di sana dan kemudian berbincang dan mengobrol satu sama lainnya dalam sekelompok KKN itu tentang perkembangan dan kegiatan apa yang telah temanku dan mereka lakukan selama di Cukanggenteng, bahkan ketika tiba larut malam saya tidak berpikir bahwa waktu begitu cepat, target saya setelah berada di Cukanggenteng ingin pergi ke Pangalengan dengan melalui Perkebunan Gambung yang komoditasnya Teh, Kina, dan Kopi. Perkebunan Gambung yang terletak di daerah Pasir Jambu yang membelah antara Ciwidey dan Pangalengan memang benar – benar berada pada suatu dataran tinggi yang membelah antara perbukitan dengan lembah, rute alternatif yang tidak tersentuh oleh kendaraan besar seperti truk dan bus tidak diizinkan lewat di sana , dikarenakan akses yang sempit yang diperuntukan untuk jalur produksi dan distribusi hasil komiditas perkebunan.

Larut malam, akhirnya teman saya dan saya selesai berbicara dan pergi tidur untuk mempersiapkan perjalanan saya besok ke Pangalengan melalui perkebunan Gambung itu. Cuaca dan udaranya sangat dingin menembus sendi tulang seakan – akan udara malam yang menusuk dingin tak terkira dan membuat saya flu ditemani pilek. Pagi – pagi bangun dari tempat tidur saya segera meninggalkan lokasi tempat teman saya dan mengucapkan selamat tinggal, kemudian dalam perjalanan saya meneruskan melewati Gambung dan sepanjang saya terus bertanya kepada setiap penduduk desa di jalan sehingga saya tidak tersesat karena telepon saya tidak dapat digunakan semestinya karena saya tidak memiliki akses internet untuk mengakses peta. Setelah meminta beberapa orang di desa saya bertekad untuk pergi ke Pangalengan dengan melewati Gambung. Sebelumnya, Gambung adalah daerah dengan produsen kopi terbaik di Jawa Barat dengan karakteristik rasa kopi yang berbeda dari daerah lain dengan andalannya yakni tipe Arabika yang menjadi nilai jualnya itu sendiri. Setelah di  mengendarai dan berada di jalan begitu menanjak dengan udara pegunungan yang sejuk dan menenangkan tentu saja, di sebelah kiri dan kanan jalan terbentang perkebunan teh seperti di film-film di Eropa betapa indahnya bukit-bukit nan hijau berhamparan saya ingat seperti dalam serial televisi anak – anak Telletubies, dan ini adalah momen terindah dari hidupku bagaimana aku bisa merasa tenang dengan mudah dan meninggalkan aktivitasku di Kota untuk berlibur dalam waktu yang cukup lama di Pangalengan.

Kiri dan kanan disertai dengan hamparan teh, kina dan perkebunan kopi yang tidak melelahkan bagi saya, karena saya baru menyadari bahwa komoditas kekayaan dari tanah Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam sangat melimpah dan tentunya harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat pada umumnya khususnya pemenuhan bagi masyarakatnya yang di sekitarnya melimpah sumber daya alamnya itu. Kini tetapi setelah saya bertanya kepada beberapa petani penggarap yang saya temui dalam perjalanan beberapa komoditas ini diekspor untuk pemenuhan pasar global sisanya untuk dijual pada tengkulak dan pasar – pasar lokal dengan biaya nilai jual dari petani yang dihargai sangatlah murah, sungguh menyedihkan bahwa saya memikirkan hasil kekayaan sumber daya alam yang harusnya dapat dirasakan oleh kita sebagai masyarakat Indonesia. Hamparan luas perkebunan melihat tanpa tepi  Perkebunan Gambung diikuti oleh perkebunan perkebunan lainnya yakni Perkebunan Gunung Tilu , Perkebunan Pasir Malang yang ini masih dalam satu korporasi yakni PT Perkebunan Nusantara VIII , betapa ramahnya para pribumi disini sedikit menyiratkan bedanya kehidupan di desa dengan wilayah perkotaan yang notabene individualis dan sibuk , namun disini saya mendapatkan ketenangan pikiran dan jiwa yang menyatu menikmati udara sepoi – sepoi hawa dingin yang sekali – kali meniup dan menerpa angin yang sejuk diiringi dengan hangatnya matahari menemani perjalananku menyusuri perkebunan Gambung dan menuju Perkebunan Pasir Malang dan lanjut Perkebunan Gunung Tilu untuk menuju tujuan akhir di Pangalengan.

Setelah 2 jam perjalanan dengan perjalanan lambat menggunakan sepeda motor saya, saya akhirnya tiba di Pangalengan dengan tujuan akhir di Situ Cileunca yang membuat pengetahuan saya meningkat dalam eksplorasi lebih jauh di Kabupaten Bandung selatan. Sangat disarankan bagi pengunjung atau mereka yang suka bepergian untuk tenang dan rileks sejenak di persimpangan jalan dari Pasir Jambu, Ciwidey ke Pangalengan yaitu perkebunan Gambung.

Komentar

Postingan Populer