KIPRAH TOKO BANGSA
Bagi Masyarakat Indonesia siiapa yang tak kenal dengan nama KH.
Abdurrahman Wahid atau sering disapa hangat dengan sebutan Gus Dur yang
merupakan presiden Republik Indonesia yang ke - 4 , beliau merupakan tokoh
pembharuan Islam di Indonesia dengan pemikirannya mengenai pribumisasi Islam ,
Islam Nusantara dan bapak bangsa kita yang dengan semangat memperjuangkan persatuan bangsa dalam keragaman sesuai dengan
yang di amanatkan Bhinneka Tunggal Ika , sehingga tak heran banyak pemuka agama
selain non – islam pun turut menghormati dan mengapresiasi hasil buah pemikiran
, gagasan dan tindakan beliau untuk turut bersolidaritas atau bersilahturahmi
antar pemeluk agama di Indonesia ini . Dari peranan toleransi beliau lah banyak
masyarakat Indonesia khususnya bersimpatik dengan kekuatan moralnya untuk turut
menjaga kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia Ini . Merawat toleransi bagi Gus Dur merupakan
proses penting untuk menciptakan keharmonisan hubungan antarumat beragama.
Toleransi itu tidak hanya untuk menciptakan, tetapi juga merawat.
Gus Dur sadar betul bahwa keharmonisan harus dijaga karena akan
sulit memulihkan bila sudah retak . Oleh karena itu, setiap bangsa, termasuk
Indonesia, setidaknya perlu memiliki kemampuan pemulihan hubungan.
"Kegagalan dalam hal ini (memulihkan hubungan) dapat mengakibatkan ujung
traumatik yang mengerikan: terpecah-belahnya kita sebagai bangsa,"[3].
Pandangan ini menyatakan bahwasannya keberagaman umat di Indonesia telah
menyiratkan betapa perlu akan pentingnya menjaga tali persaudaraan di samping
terciptanya Ukhuwah Islamiyyah (Persaudaraan sesama umat muslim) ,
Ukhuwah Wathoniyyah (Persaudaraan sesama bangsa / warga negara) dan Ukhuwah Bashariyyah (Persaudaraan
sesama kemanusiaan) . Ketiga doktrin tersebut merupakan ajaran Islam
yang senantiasa dipikul bersama – sama umat muslim khususnya umumnya umat
manusia untuk membentuk tatanan masyarakat yang adil dan makmur atas nama
kemanusiaan yang sejati . Ini mengisyaratkan bahwa siapa pun merasa anak cucu
Adam tanpa membedakan jenis kelamin, agama, etnik, warna kulit, dan
kewarganegaraan, wajib hukumnya dihormati, apa pun jenis kelamin, etnik, dan
agamanya. Merusak Ukhuwah
Bashariyyah sama dengan merusak sendi-sendi doktrin Islam , al - quran
menegaskan perlunya memberikan hak-hak sosial kepada segenap warga tanpa
terkecuali seperti di dalam firman-Nya: Allah tiada melarang kamu untuk berbuat
baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama
dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu
menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan
mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan
barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang
yang zalim. (QS Al-Mumtahinah/60: 8-9) [4].
Dalam landasan ini merupakan bentuk pengamalan
yang harus dan wajib dijunjung tinggi oleh setiap muslim yang beriman .
Bagaimana Gus Dur mengamalkan ajaran Islam itu menjadi universal dan akomodatif
akan permasalahan yang objektif akan menjawab persoalan – persoalan bangsa ini
sedang proses transisi dari era orde baru yang fasis menuju capaian reformasi
yang demokratis . Dari kinerja yang telah dicapainya banyak menorehkan nilai
atau spirit yang baik untuk masyarakat Indonesia yang memberikan julukan
terhadap beliau yang bermula dari seorang Guru Bangsa karena Gus Dur seorang
tokoh dalam kehidupan berbangsa dan negara, julukan nama Gus Dur diberikan
kepadanya karena supaya Gus Dur menjadi seorang negarawan.hubungan seorang Gus
Dur itu dengan negara dan agama yang terutama agama islam, dengan kemampuan Gus
Dur bisa membangun hubungan yang demokratis antara negara, agama, maka dari itu
Gus Dur dijuluki guru bangsa. Bapak demokratis karena Gus Dur mempunyai
ide-ide yang sangat unik dan sangat terbukanya dalam berpendapat serta merakyat,
selama kepemimpinan Gus Dur ketika itu yang tengah menjabat sebagai pemimpin .
Seperti yang telah dipaparkan di atas tentu jelas dalam kearah mana beliau
berpihak tentunya berpihak akan keadilan dan perdamaian dan dijuluki sebagai Bapak
pluralisme , karena Abdurrahman wahid pejuang pluralisme. Gus Dur berjuang
untuk mewujudkan plurarisme di Indonesia. Beliau sangat menghargai keberagaman
dalam berbagai hal, terutama keberagaman suku, agama, dan ras. Saat memimpin Gus
Dur berani mendobrak diskriminasi pada warga Tionghoa yang telah membelengunya
dan membebaskan agar mereka medeka akan menjalankan peribadatannya tanpa
intervensi dari manapun . Selain itu
dijuluki sebagai Bapak Budaya karena
Gus Dur mempunyai sosok yang sangat luar biasa dan juga dalam ilmu
kebudayaannya, maka dari itu Gus Dur dapat dipandang dari pandangan lain, maka
pandangan Gus Dur membuat pendapatnya tidak umum dan kadang nyeleneh namun
masuk akal untuk dipikirkan kembali . menurut Gus Dur Karena kebudayaan
merupakan seni hidup yang mengatur kelangsungan hidup, yang menghasilkan pilar-pilar
untuk menjaga tatanan sosial, hal itulah yang menjadikan kebudayaan pantas
untuk dipertahankan[5] . Kebudayaan sebuah bangsa
pada hakekatnya adalah kenyataan yang majemuk atau pluraristik. Jika pluralitas
atau kemajemukan adalah hakekat dari perkembangan sebuah kebudayaan arti
geografis, maka hal yang sama menjadi semakin mutlak dimiliki oleh entitas budaya
yang berlingkup jauh lebih luas, seperti kebudayaan sebuah bangsa. Apalagi jika
jangkauan entitas yang bernama bangsa itu juga meliputi sesuatudengan
kemajemukan geografis, etnis, agama, dan bahasa yang tinggi[6].
Dalam hal ini bagaimana peranan Gus Dur untuk medesentralisasikan suatu peranan
budaya dan memformulasikan budaya untuk berintegrasi dengan kekuatan tatanan
sosial yang telah ada . Dan banyak sekali yang julukan yang disematkan pada
beliau ada yang meneyebutnya Sang Penakluk , Julukan Semar untuk
Gus Dur Terlepas apa yang diintepretasikan masyarakat Indonesia
akan sosok Gus Dur ini namun yang menjadi pegangan dan capaiannya ini menjadi
semanagat ke depan untuk menata kehidupan bangsa ini yang telah diwarnai oleh
peranan Gus Dur dalam dinamika berpolitik , berbangsa dan bernegara .
Tokoh Gus Dur menjadi
sorotan yang fenomenal ketika rezim orde baru Soeharto peranan beliau sangatlah
sentralistik disamping beliau juga berpengaruh dalam eskalasi politik bangsa
dan menjadi tokoh pula yang dituakan di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama .Gusdur
memberikan solusi akan ke-krisis-an ekonomi ketika masa rezim orde baru dengan
menawarkan konsensus dan kesepakatan bersama
dan kesediaan berkorban atas resiko yang akan dihadapi , kalau tidak
bisa diatasi krisis ini akan menjadi isu politik karena satu sama lain saling
meunduh[7]. Bagaimana Gus Dur
menghindari saling menuduh dan selentingan yang bisa memecah belah bangsa ini
dengan persoalan ekonomi ketika itu dan fitnah – fitnah itu harus dihindari ,
dan menawarkan transparasi dalam pemerintahan untuk menghindari konflik yang
berkepanjangan dan berpikir yang terlalu jauh [8] .
Kemudian Gus Dur pun
memberi sumbangsih yang signifikan akan keadaan Nahdlatul Ulama ketika khithah
yang menghantarkan perjuangan kemasyaratakatn semesta untuk kemaslahatan umat .
Dalam hal ini Gus Dur memberi pernanan bagaimana restorasi khithah ini sebagai
momentum warga NU itu menjadi manusa modern tapi tetap muslim yang baik dan
Ahlussunah wal jama’ah , mengikuti salah satu madzhab empat . Itu merupakan
proyeksi ke depan bukan pernan politik . Peran politik yang baik nitu pran
transformasi , perubahan masyarakat , bahwa Nahdalatul Ulama harus
mempersiapkan warganya memasuki era industri tanpa kehilangan sendi – sendi
keagamaanya . Ini merupakan statement yang kompleks , repotnya bukan main ,
kelihatannya sederhana .[9] Pernan Gus Dur ini segar
akan situasi ekonomi – politik ketika itu yang tengah menjadi transisi NU itu
sendiri .
Transformasi dimaknai
oleh Gus Dur untuk NU sebagai misi dakwah yang menyejahterakan umat Dakwah
bilhal yang merangkap dalam berbagai leading sector yang menjadi kehendak
rakyat secara keseluruhan yang utuh . Bagaimana suatu regulasi hukum itu dalam
bernegara melibatkan berbagai sektor gerakan untuk mencapai suatu keputusan
yang saling integrasi satu sama lain dan digodok , diproses oleh tujuh kekuatan
di masyarakat 1. ABRI 2 . Birokrasi , 3 . Kekuatan Sospol 4 . Organisasi
Profesi , 5. Organisasi Kemasyarakatan 6. LSM 7 . Media Massa . Dalam kekauatan
tersebut NU ada dalam ormas mempunyai kekuatan untuk melakukan perubahan[10] . Dengan pedoman khithah
yang berwawasan Ahlussunah wal jama’ah. Dalam aspek dakwahnya pun mesti
disesuaikan kembali bagaimana mad’u antara pendesaan dan perkotaan itu memiliki
kapasitas yang berbeda – beda , dari segi peningkatan kesejahteraan warga Gus
Dur memberi gagasan seputar sosial – ekonomi yang dijalankan secara kolektif
karena warga yang kurang sejahtera itu hampir warga NU itu sendiri dengan
spirit khithah ini adanya suatu rancangan tindak lanjut untuk menanggulangi
persoalan ini dengan menyisipkan keterampilan untuk berusaha dan menumbuhkan
keterampilan itu sendiri .
Dalam menghindari
golongan sektarian yang memecah belah bangsa .Peranan NU dalam menyikapi
persoalan ini menurut Gus Dur , harus diarahakan pada penciptaan sebuah
“konsensus nasional” yang baru tentang tempat Islam dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara . Dimulai dengan penerimaan “pihak Islam ” atas ideologi negara
secara tuntas , seperti dibuktikan dengan penerimaan atas Pancasila sebagai
satu – satunya asa dalam kehidupan organisasi kemasyarakatan di Indonesia ,
langkah – langkah itu harus dilanjutkan dengan pengintegrasian “perjuangan
islam ” ke dalam “perjuangan nasional” , dengan meletakkan “perjuangan Islam ”
itu sendiri pada konteks demokratisasi dalam jangka panjang , tanpa
mengguncangkan keadaan dan merapuhkan proses integrasi nasional yang tengah
mengkonsolidasikan diri[11] .
Tokoh Gus Dur ini memang
menjadi panutan dan bapak bangsa bagi bangsa yang kita cinta ini Negara Kesatuan Republik
Indonesia betapa kuatnya peranan beliau dalam memperjuangkan nilai - nilai Islam yang universal akan
kemaslahatan di relevansikan yang nilai – nilai tersebut diamalkan dalam gerak
langkahnya untuk kehidupan berbangsa dan bernegara . Bangsa ini sangat terpukul
atas kepeberpulangan Gus Dur pada Sang Ilahi yang tidak ada pembimbing dan
pembina bagi situasi kondisi Indonesia yang hari in tengah mengalami akan
pasang surut dalam memperjuangan Hak Asaki Manusia dan Demokrasinya .
[1] Tugas
Artikel Mata Kuliah Teknik Menulis Berita , Artikel dan Feature
[2]
Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Kota Bandung .
[3] tulis
Gus Dur dalam judul 'Islam dan Hubungan Antarumat Beragama' dalam harian
Kompas, Senin 14 Desember 1992.
[4]
Opini dengan penulis Nasaruddin Umar Imam Besar Masjid Istiqlal , dalam
laman Media Indonesia pada Jumat,
14 Jul 2017, 00:30 WIB tentang Ukhuwah Basyariyah .
[5]
Hasil Resume buku yang telah dibuat penulis sendiri mengenai buku Wahid ,
Abdurahman ., Pergulatan Negara, Agama, dan Kebudayaan , Desantra ,
Depok-Jakarta , 2001 .
[6]
Ibid .
[7] Ed
.Abd Rohim Ghazalli Kapan Badai Akan Berlalu ? Suara – Suara kritis
Cendekiawan menghendaki Perubahan , Mizan , Bandung , 1998 berjudul Walau
Pak Harto Terpilih Lagi Pasti ada Perubahan : Yang berubah, Mungkin , Perilaku
oleh K.H Abdurrahman Wahid hal . 115
[8]
Ibid Hal 115
[9] Ed
.M . Masyhur Amin , Ismail S. Ahmad ., Dialog Pemikiran Islam dan Realitas
Empirik , LKPSM NU DIY , Yogyakarta , 1993 . hal 151
[10]
Ibid hal 153
[11] Ed
.Taufik Abdullah , Sharon Siddique ., Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia
Tenggara , LP3S , Jakarta , 1988 207
Komentar
Posting Komentar