KIPRAH TOKO BANGSA


Memahami Kredibilitas Kepribadian Gusdur[1]
Oleh Aji Gunawan[2]
Bagi Masyarakat Indonesia siiapa yang tak kenal dengan nama KH. Abdurrahman Wahid atau sering disapa hangat dengan sebutan Gus Dur yang merupakan presiden Republik Indonesia yang ke - 4 , beliau merupakan tokoh pembharuan Islam di Indonesia dengan pemikirannya mengenai pribumisasi Islam , Islam Nusantara dan bapak bangsa kita yang dengan semangat memperjuangkan  persatuan bangsa dalam keragaman sesuai dengan yang di amanatkan Bhinneka Tunggal Ika , sehingga tak heran banyak pemuka agama selain non – islam pun turut menghormati dan mengapresiasi hasil buah pemikiran , gagasan dan tindakan beliau untuk turut bersolidaritas atau bersilahturahmi antar pemeluk agama di Indonesia ini . Dari peranan toleransi beliau lah banyak masyarakat Indonesia khususnya bersimpatik dengan kekuatan moralnya untuk turut menjaga kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia Ini  . Merawat toleransi bagi Gus Dur merupakan proses penting untuk menciptakan keharmonisan hubungan antarumat beragama. Toleransi itu tidak hanya untuk menciptakan, tetapi juga merawat.
Gus Dur sadar betul bahwa keharmonisan harus dijaga karena akan sulit memulihkan bila sudah retak . Oleh karena itu, setiap bangsa, termasuk Indonesia, setidaknya perlu memiliki kemampuan pemulihan hubungan. "Kegagalan dalam hal ini (memulihkan hubungan) dapat mengakibatkan ujung traumatik yang mengerikan: terpecah-belahnya kita sebagai bangsa,"[3]. Pandangan ini menyatakan bahwasannya keberagaman umat di Indonesia telah menyiratkan betapa perlu akan pentingnya menjaga tali persaudaraan di samping terciptanya Ukhuwah Islamiyyah (Persaudaraan sesama umat muslim) , Ukhuwah Wathoniyyah (Persaudaraan sesama bangsa / warga negara)  dan Ukhuwah Bashariyyah (Persaudaraan sesama kemanusiaan) . Ketiga doktrin tersebut merupakan ajaran Islam yang senantiasa dipikul bersama – sama umat muslim khususnya umumnya umat manusia untuk membentuk tatanan masyarakat yang adil dan makmur atas nama kemanusiaan yang sejati . Ini mengisyaratkan bahwa siapa pun merasa anak cucu Adam tanpa membedakan jenis kelamin, agama, etnik, warna kulit, dan kewarganegaraan, wajib hukumnya dihormati, apa pun jenis kelamin, etnik, dan agamanya. Merusak Ukhuwah Bashariyyah sama dengan merusak sendi-sendi doktrin Islam , al - quran menegaskan perlunya memberikan hak-hak sosial kepada segenap warga tanpa terkecuali seperti di dalam firman-Nya: Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS Al-Mumtahinah/60: 8-9) [4].
Dalam landasan ini merupakan bentuk pengamalan yang harus dan wajib dijunjung tinggi oleh setiap muslim yang beriman . Bagaimana Gus Dur mengamalkan ajaran Islam itu menjadi universal dan akomodatif akan permasalahan yang objektif akan menjawab persoalan – persoalan bangsa ini sedang proses transisi dari era orde baru yang fasis menuju capaian reformasi yang demokratis . Dari kinerja yang telah dicapainya banyak menorehkan nilai atau spirit yang baik untuk masyarakat Indonesia yang memberikan julukan terhadap beliau yang bermula dari seorang Guru Bangsa karena Gus Dur seorang tokoh dalam kehidupan berbangsa dan negara, julukan nama Gus Dur diberikan kepadanya karena supaya Gus Dur menjadi seorang negarawan.hubungan seorang Gus Dur itu dengan negara dan agama yang terutama agama islam, dengan kemampuan Gus Dur bisa membangun hubungan yang demokratis antara negara, agama, maka dari itu Gus Dur dijuluki guru bangsa. Bapak demokratis karena Gus Dur mempunyai ide-ide yang sangat unik dan sangat terbukanya dalam berpendapat serta merakyat, selama kepemimpinan Gus Dur ketika itu yang tengah menjabat sebagai pemimpin . Seperti yang telah dipaparkan di atas tentu jelas dalam kearah mana beliau berpihak tentunya berpihak akan keadilan dan perdamaian dan dijuluki sebagai Bapak pluralisme , karena Abdurrahman wahid pejuang pluralisme. Gus Dur berjuang untuk mewujudkan plurarisme di Indonesia. Beliau sangat menghargai keberagaman dalam berbagai hal, terutama keberagaman suku, agama, dan ras. Saat memimpin Gus Dur berani mendobrak diskriminasi pada warga Tionghoa yang telah membelengunya dan membebaskan agar mereka medeka akan menjalankan peribadatannya tanpa intervensi dari manapun .  Selain itu dijuluki  sebagai Bapak Budaya karena Gus Dur mempunyai sosok yang sangat luar biasa dan juga dalam ilmu kebudayaannya, maka dari itu Gus Dur dapat dipandang dari pandangan lain, maka pandangan Gus Dur membuat pendapatnya tidak umum dan kadang nyeleneh namun masuk akal untuk dipikirkan kembali . menurut Gus Dur Karena kebudayaan merupakan seni hidup yang mengatur kelangsungan hidup, yang menghasilkan pilar-pilar untuk menjaga tatanan sosial, hal itulah yang menjadikan kebudayaan pantas untuk dipertahankan[5] . Kebudayaan sebuah bangsa pada hakekatnya adalah kenyataan yang majemuk atau pluraristik. Jika pluralitas atau kemajemukan adalah hakekat dari perkembangan sebuah kebudayaan arti geografis, maka hal yang sama menjadi semakin mutlak dimiliki oleh entitas budaya yang berlingkup jauh lebih luas, seperti kebudayaan sebuah bangsa. Apalagi jika jangkauan entitas yang bernama bangsa itu juga meliputi sesuatudengan kemajemukan geografis, etnis, agama, dan bahasa yang tinggi[6]. Dalam hal ini bagaimana peranan Gus Dur untuk medesentralisasikan suatu peranan budaya dan memformulasikan budaya untuk berintegrasi dengan kekuatan tatanan sosial yang telah ada . Dan banyak sekali yang julukan yang disematkan pada beliau ada yang meneyebutnya Sang Penakluk , Julukan Semar untuk Gus Dur Terlepas apa yang diintepretasikan masyarakat Indonesia akan sosok Gus Dur ini namun yang menjadi pegangan dan capaiannya ini menjadi semanagat ke depan untuk menata kehidupan bangsa ini yang telah diwarnai oleh peranan Gus Dur dalam dinamika berpolitik , berbangsa dan bernegara .
Tokoh Gus Dur menjadi sorotan yang fenomenal ketika rezim orde baru Soeharto peranan beliau sangatlah sentralistik disamping beliau juga berpengaruh dalam eskalasi politik bangsa dan menjadi tokoh pula yang dituakan di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama .Gusdur memberikan solusi akan ke-krisis-an ekonomi ketika masa rezim orde baru dengan menawarkan konsensus dan kesepakatan bersama  dan kesediaan berkorban atas resiko yang akan dihadapi , kalau tidak bisa diatasi krisis ini akan menjadi isu politik karena satu sama lain saling meunduh[7]. Bagaimana Gus Dur menghindari saling menuduh dan selentingan yang bisa memecah belah bangsa ini dengan persoalan ekonomi ketika itu dan fitnah – fitnah itu harus dihindari , dan menawarkan transparasi dalam pemerintahan untuk menghindari konflik yang berkepanjangan dan berpikir yang terlalu jauh [8] .
Kemudian Gus Dur pun memberi sumbangsih yang signifikan akan keadaan Nahdlatul Ulama ketika khithah yang menghantarkan perjuangan kemasyaratakatn semesta untuk kemaslahatan umat . Dalam hal ini Gus Dur memberi pernanan bagaimana restorasi khithah ini sebagai momentum warga NU itu menjadi manusa modern tapi tetap muslim yang baik dan Ahlussunah wal jama’ah , mengikuti salah satu madzhab empat . Itu merupakan proyeksi ke depan bukan pernan politik . Peran politik yang baik nitu pran transformasi , perubahan masyarakat , bahwa Nahdalatul Ulama harus mempersiapkan warganya memasuki era industri tanpa kehilangan sendi – sendi keagamaanya . Ini merupakan statement yang kompleks , repotnya bukan main , kelihatannya sederhana .[9] Pernan Gus Dur ini segar akan situasi ekonomi – politik ketika itu yang tengah menjadi transisi NU itu sendiri .
Transformasi dimaknai oleh Gus Dur untuk NU sebagai misi dakwah yang menyejahterakan umat Dakwah bilhal yang merangkap dalam berbagai leading sector yang menjadi kehendak rakyat secara keseluruhan yang utuh . Bagaimana suatu regulasi hukum itu dalam bernegara melibatkan berbagai sektor gerakan untuk mencapai suatu keputusan yang saling integrasi satu sama lain dan digodok , diproses oleh tujuh kekuatan di masyarakat 1. ABRI 2 . Birokrasi , 3 . Kekuatan Sospol 4 . Organisasi Profesi , 5. Organisasi Kemasyarakatan 6. LSM 7 . Media Massa . Dalam kekauatan tersebut NU ada dalam ormas mempunyai kekuatan untuk melakukan perubahan[10] . Dengan pedoman khithah yang berwawasan Ahlussunah wal jama’ah. Dalam aspek dakwahnya pun mesti disesuaikan kembali bagaimana mad’u antara pendesaan dan perkotaan itu memiliki kapasitas yang berbeda – beda , dari segi peningkatan kesejahteraan warga Gus Dur memberi gagasan seputar sosial – ekonomi yang dijalankan secara kolektif karena warga yang kurang sejahtera itu hampir warga NU itu sendiri dengan spirit khithah ini adanya suatu rancangan tindak lanjut untuk menanggulangi persoalan ini dengan menyisipkan keterampilan untuk berusaha dan menumbuhkan keterampilan itu sendiri .
Dalam menghindari golongan sektarian yang memecah belah bangsa .Peranan NU dalam menyikapi persoalan ini menurut Gus Dur , harus diarahakan pada penciptaan sebuah “konsensus nasional” yang baru tentang tempat Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara . Dimulai dengan penerimaan “pihak Islam ” atas ideologi negara secara tuntas , seperti dibuktikan dengan penerimaan atas Pancasila sebagai satu – satunya asa dalam kehidupan organisasi kemasyarakatan di Indonesia , langkah – langkah itu harus dilanjutkan dengan pengintegrasian “perjuangan islam ” ke dalam “perjuangan nasional” , dengan meletakkan “perjuangan Islam ” itu sendiri pada konteks demokratisasi dalam jangka panjang , tanpa mengguncangkan keadaan dan merapuhkan proses integrasi nasional yang tengah mengkonsolidasikan diri[11] .  
Tokoh Gus Dur ini memang menjadi panutan dan bapak bangsa bagi bangsa yang  kita cinta ini Negara Kesatuan Republik Indonesia betapa kuatnya peranan beliau dalam memperjuangkan nilai  - nilai Islam yang universal akan kemaslahatan di relevansikan yang nilai – nilai tersebut diamalkan dalam gerak langkahnya untuk kehidupan berbangsa dan bernegara . Bangsa ini sangat terpukul atas kepeberpulangan Gus Dur pada Sang Ilahi yang tidak ada pembimbing dan pembina bagi situasi kondisi Indonesia yang hari in tengah mengalami akan pasang surut dalam memperjuangan Hak Asaki Manusia dan Demokrasinya .









[1] Tugas Artikel Mata Kuliah Teknik Menulis Berita , Artikel dan Feature
[2] Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Kota Bandung .
[3] tulis Gus Dur dalam judul 'Islam dan Hubungan Antarumat Beragama' dalam harian Kompas, Senin 14 Desember 1992.
[4] Opini dengan penulis Nasaruddin Umar Imam Besar Masjid Istiqlal , dalam laman Media Indonesia pada Jumat, 14 Jul 2017, 00:30 WIB tentang Ukhuwah Basyariyah .
[5] Hasil Resume buku yang telah dibuat penulis sendiri mengenai buku Wahid , Abdurahman ., Pergulatan Negara, Agama, dan Kebudayaan , Desantra , Depok-Jakarta , 2001 .
[6] Ibid .
[7] Ed .Abd Rohim Ghazalli Kapan Badai Akan Berlalu ? Suara – Suara kritis Cendekiawan menghendaki Perubahan , Mizan , Bandung , 1998 berjudul Walau Pak Harto Terpilih Lagi Pasti ada Perubahan : Yang berubah, Mungkin , Perilaku oleh K.H Abdurrahman Wahid hal . 115
[8] Ibid Hal 115
[9] Ed .M . Masyhur Amin , Ismail S. Ahmad ., Dialog Pemikiran Islam dan Realitas Empirik , LKPSM NU DIY , Yogyakarta , 1993 . hal 151
[10] Ibid hal 153
[11] Ed .Taufik Abdullah , Sharon Siddique ., Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara , LP3S , Jakarta , 1988  207

Komentar

Postingan Populer